Selasa, 03 Oktober 2017

Pengalaman Kanvasing di Pasar Tradisional seputaran Jakarta

Profesi Agen Asuransi bisa dibilang salah satu profesi yang paling dijauhi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak jarang bahkan orang tua ataupun keluarga tidak akan mendukung profesi tersebut karena dianggap tidak mendapatkan pendapatan yang tetap. Profesi yang sebenarnya mulia tetapi dianggap hina oleh sebagian besar orang. Mereka beranggapan "ngapain nawar-nawarin orang masuk asuransi, emg ga ada pekerjaan lain yang lebih bagus?", bahkan pernah ada calon prospekan saya yang waktu itu belum tertarik untuk masuk asuransi pun berusaha mengirimkan lowongan2 pekerjaan, yang dipikirnya mungkin bermanfaat buat saya. ☺☺Well, thanks loh udah perhatian sama saya sampai segitunya...hehehe. Mungkin banyak orang yang berpikiran kerja di kantoran kan lebih enak, ga panas2an, di dalam ruangan ber-AC, ga perlu cari2 data calon prospekan, ga perlu ditolak2 orang, ga perlu ngerasain di PHP in orang. Akan tetapi, ada juga beberapa teman ato calon prospekan yang mengatakan, "sepertinya kamu memang cocok di bisnis asuransi". Senang juga rasanya ada yang bilang seperti itu, berarti saya memang layak berada di bisnis ini karena melihat performa saya yang tulus untuk mengedukasi masyarakat (cie...cie...cie...)☺☺.


Sudah hampir 5 tahun saya menggeluti dunia per-asuransian...background saya biologi FMIPA, beda jauh ya dengan dunia per-asuransian yang lebih banyak membahas ilmu ekonomi. Secara, tujuan seseorang memiliki asuransi adalah untuk menghindari terjadinya risiko melalui perencanaan keuangan yang baik sehingga tercapai apa yang diperlukan di masa yang akan datang. Dan tugas utama agen asuransi yaitu JUALAN (mensosialisasikan pentingnya asuransi kepada seluruh lapisan masyarakat), tanpa pilih-pilih orang. Syaratnya sehat dan punya penghasilan.


Di awal2 perjalanan saya sebagai agen asuransi, saya menawarkan produk tersebut ke teman2 saya, mulai dari teman sekolah sampai teman kuliah, teman2 di tempat kerjaan saya sebelumnya, bahkan teman2 yang ada di medsos. Lama-kelamaan teman2 yang saya kenal sudah saya prospekin semua... Akhirnya, muncullah kebingungan di benak saya, trus siapa lagi yang akan saya prospek??mungkin pemikiran seperti itu akan dialami kalo kita sudah kehabisan data. Sampai pada akhirnya saya membaca cerita teman2 sesama agen asuransi yang mencari data lewat kanvasing (cold call) dan hebatnya lagi mereka semuanya rata2 sudah menjadi orang sukses. Rasa penasaran itu akhirnya muncul, pengen juga merasakan seperti apa kanvasing itu. Saya mulai browsing di youtube mendengarkan bagaimana caranya komunikasi dengan orang2 yang belum kita kenal, mempersiapkan peralatan yang wajib dibawa selama kanvasing (tools) untuk memudahkan saat sosialisasi, dan belajar terjun langsung di lapangan bersama team kanvasing lintas agency se-Indonesia. Dari pengalaman terjun langsung di lapangan inilah baru saya paham bagaimana cara kita harus berkomunikasi dengan attitude yang sopan, bahasanya lugas sehingga mudah dimengerti oleh orang awam (maklum bahasa asuransi kan sering disebutnya sebagai bahasa planet karena banyaknya istilah yang susah dipahami), mau mendengarkan keluhan dari nasabah, dan tidak memotong cerita/pembicaraan mereka.

"Trus hasilnya gimana kalo kanvasing???"
"Banyak dapat closingan ya??"
"Kanvasing itu buang2 waktu, udah panas2an, belum tentu juga closing, kalopun closing nanti juga  ga bertahan lama, nanti persistensinya jadi jelek lho...bla..bla...bla..."
Biasanya pertanyaan seperti itulah yang muncul ketika kita mau ngajakin temaan kita sesama agent untuk kanvasing bersama-sama (terjadi dengan agent yang belum sama2 sepaham). Yang kita terima bukannya support malah membuat down semangat kita. Belum apa-apa sudah mulai jadi hakim yang berhak menghakimi hidup seseorang bisa berkembang atau hanya stagnant? Namanya juga baru mulai mencoba hal yang baru, masa iya hasilnya disuruh langsung cepat keliatan? Mereka juga perlu berproses. Ibarat seorang bayi untuk bisa berjalan, mereka harus belajar merangkak dulu, tidak bisa serta merta langsung dapat berlari.
"Orang yang ahli dan sukses di suatu bidang itu karena sudah membayar dengan 10.000 jam terbang, seperti kata Miss Merry Riana".
Artinya, orang bisa dikatakan benar2 ahli dan sukses di suatu bidang karena mereka sudah melakukannya berulang-ulang selama 10.000 jam. Misalnya kita bekerja sehari 8 jam, maka untuk menjadi sukses kita memerlukan waktu 1.250 hari. Padahal dalam seminggu kita bekerja 5 hari, maka setahun kita hanya bekerja 260 hari. Berapa waktu yang kita gunakan untuk bekerja selama setahun? Tentu saja 8 jam x 260 hari = 2.080 jam. Berarti, untuk mencapai 10.000 jam terbang kita perlu bekerja kurang lebih selama 5 tahun.


Okelah saya mau cerita sedikit dari pengalaman saya kanvasing ke pasar2 tradisional. Saya kalau kanvasing ke pasar selalu berdua sama teman saya, tujuannya supaya bisa saling back up dan saling belajar/saling koreksi. Awalnya memang masih kaku, tapi lama kelamaan kalo dilakukan rutin, ternyata enak juga lho kenalan dengan orang baru. Mendengarkan cerita kesuksesan mereka membangun usaha, ceita tentang keluarga mereka, cerita tentang harga barang2 yang naik, toko yang sepi karena kebanyakan sekarang konsumen pada beralih ke online shopping, harga sewa toko yang naik, bahkan tidak jarang kami mendengarkan pengaduan dari mereka yang sudah menjadi nasabah Prudential karena agen nya sudah tidak aktif/dihubungi nomornya tidak bisa. Nah, catatan disini kalau jadi Agen usahakan nomor HP tidak ganti-ganti. Nomor yang sudah diberikan kepada nasabah harus aktif terus seumur hidup. Kasian lho kalo nasabahnya mau meminta bantuan ke agen tapi nomor HP nya tidak aktif. Paling tidak kalau mau ganti nomor HP atau sudah tidak aktif lagi kasih tau ke nasabah nomer hapenya yang baru berapa atau siapa agen penggantinya. Perlu juga diinfokan nomor layanan Customer Service Prudential Pusat (1500085).


Dari beberapa orang-orang yang saya kunjungi, rata-rata mereka sudah pernah mengambil asuransi Prudential namun kebanyakan berhenti di tengah jalan alias tutup polis. Ada yang mengambil ke saudaranya karena merasa sudah dekat dan percaya saja, tetapi ujung2nya kecewa. Ternyata saudaranya tidak menjelaskan di awal berapa perkiraan nilai tunai yang akan di dapatkan serta biaya2 apa saja yang dibebankan selama mengambil manfaat asuransi. Nilai tunai yang ada di Prudential diinvestasikan ya bukan ditabungkan, jadi jumlahnya akan berbeda dengan uang yang ditabungkan di bank. Ketika saya mencoba untuk menjelaskan kembali, orang tersebut tidak mau mengambil asuransi lagi karena dalam hatinya sudah pernah merasa dikecewakan, merasa ditipu, parahnya lagi hubungan dengan saudaranya pun berakhir tidak membaik. Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini yaitu: "Seseorang mau membeli asuransi kepada orang yang benar2 bisa dipercaya, jadi ketika anda menodai kepercayaan tersebut mustahil kaca yang retak bisa disambung kembali, persaudaraan yang awalnya rukun bisa baik kembali." Belum tentu membeli kepada saudara itu jaminan bahwa anda tidak dibohongi. Anda wajib mendapatkan penjelasan sejelas2nya mengenai manfaat yang anda beli, Anda berhak menanyakan detail mengenai manfaat asuransi meskipun itu agen nya saudara anda sendiri, jangan merasa sungkan/tidak enak. Agen asuransi yang bagus itu selain attitude nya bagus, knowledge nya juga harus bagus, kudu pinter, jadi ga modal tipu-tipu.


Ada juga dari mereka yang membeli ke temannya sendiri tetapi saat masuk di rumah sakit ternyata yang dibayar hanya biaya kamar saja. Ini nih kejadian yang sering banget terjadi dimana nasabah tidak tau manfaat rawat inap yang dia ambil yang mana? Jadi, manfaat rawat inap di Prudential ada 2 macam yaitu Pru Med dan Pru HS. 
Kalo nasabah ambil manfaatnya Pru Med hanya dibayar biaya kamar rawat inap, biaya kamr ICU, dan biaya operasi. Sistem pembayarannya reimburs. Jadi kalo menggunakan fasilitas Pru Med memerlukan dokumen berupa kwitansi2 asli dari Rumah Sakit beserta kelengkapan klaim rawat inap lainnya, untuk selanjutnya diganti pembayarannya (ingat: hanya  biaya kamar rawat inap, biaya kamr ICU, dan biaya operasi saja).
Sementara itu, kalo nasabah mengambil manfaat Pru HS, seluruh biaya perawatan di Rumah Sakit akan dijaminkan oleh Prudential sesuai plafon (selengkapnya dapat di baca di polis masing-masing). Artinya kalo biaya perawatan di Rumah Sakit melebihi batas plafon maka nasabah berhak membayarkan sisa tagihannya. Nasabah yang menggunakan fasilitas Pru HS akan lebih dimudahkan dalam pengurusan klaim nya, karena mereka cukup menunjukkan kartu HS dan KTP asli maka nasabah akan langsung segera ditangani. Jadi, cukup mudah ya untuk membedakan apakah anda mendapatkan fasilitas Pru Med atau Pru HS? Cek di dalam polis anda apakah anda mendapatkan kartu rawat inap apa tidak? Fasilitas Pru HS berupa kartu rawat inap sedangkan Pru Med tidak.
Selain itu, syarat minimal di rawat di Rumah Sakit supaya klaim bisa dicairkan yaitu:
  • Kartu Pru HS (lama), batas minimal di rawat adalah 24 jam
  • Kartu Pru HS cover plus (baru), batas minimal di rawat adalah 6 jam
  • Pru Med, batas minimal di rawat adalah 2 hari

Dan Rumah sakit yang melayani adalah Rumah Sakit rekanan Prudential ya. Trus bagaimana kalau di daerah dekat tempat tinggal mereka tidak ada Rumah Sakit yang rekanan dengan Prudential? Nasabah boleh di bawa ke Rumah Sakit terdekat, namun untuk pengurusan klaimnya menggunakan sistem reimburs. 

Dari beberapa pasar yang kami kunjungi, ada yang satu pasar kalau saya bilang "pasar rusak". Bisa saya bilang begitu karena di pasar ini banyak yang sudah menjadi nasabah Prudential (kebetulan agen nya adalah kenalan salah seorang pedagang yang berpengaruh di pasar tersebut). Namun, agen ini tidak bertanggung jawab karena sewaktu dihubungi oleh nasabah tidak diangkat dan lama-kelamaan HP nya tidak aktif. Pedagang yang sudah join sebagai nasabah otomatis merasa ditipu, dikiranya uang yang disetor diambil oleh agen tersebut. Ketika kita mau memulai mengajak berkomunikasi kembali, yang terjadi pastilah penolakan (kadang ada yang mau menceritakan bagaimana kronologisnya, kadang ada yang langsung acuh dan diam membisu). Mereka menjadi tidak percaya dengan semua agen Prudential hanya gara2 pernah merasa ditipu oleh agen sebelumnya. Masalah-masalah seperti inilah yang kebanyakan saya jumpai di pasar. Pelajaran yang dapat dipetik dari sini adalah ATTITUDE ADALAH YANG UTAMA di atas segala-galanya. Jangan yang dipikirin cuma komisi nya saja, hingga hilang akal sehat. Mau knowledge nya sebagus apapun kalo Attitude nya kosong sama aja tidak ada artinya.
Saya pernah ikut Seminar Prudential, saat itu pembicaranya mengingatkan agar para agen TIDAK hanya memikirkan KOMISI. Coba kalo huruf KO dicoret yang tersisa adalah MISI. MISI inilah yang harus selalu kita ingat kalo lagi prospek orang yaitu mau menolong orang sebanyak-banyaknya supaya masa depan hidup mereka lebih terjamin.


Cerita lain dari seorang pedagang yang pada saat itu berniat untuk membuatkan dana pendidikan anak sulungnya. Setelah polis jadi, si bapak SMS ke agen untuk tidak jadi melanjutkan pembayaran polisnya karena saat itu si bungsu mendadak dirawat di Rumah Sakit. Bahkan toko nya sempat tutup beberapa minggu karena rupanya si bungsu perlu perawatan intensif di Rumah Sakit walaupun pada akhirnya sekarang sudah bahagia di surga. Namun SMS si bapak tidak dibalas oleh agen, bahkan dihubungi lewat telpon juga tidak diangkat. Padahal waktu si bapak SMS masih masuk dalam kondisi freelook periode (14 hari sejak tanggal polis aktif). Freelook Periode ini artinya nasabah berhak melihat2, menimbang2 isi dari polis yang dibeli apakah sudah sesuai dengan keinginannya atau belum, jika tidak sesuai maka nasabah berhak membatalkan polis dan uang premi pertama yang dibayarkan akan dikembalikan melalui transfer rekening pemegang polis. Hal inilah yang membuat si bapak kecewa karena sewaktu closing merasa diburu2 untuk tanda tangan, giliran dicari agen nya ga ada. Dan anehnya lagi nama agen yang tercantum di polis berbeda dengan nama orang yang pertama kali prospek di pasar. Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bahwa closing asuransi itu tidak bisa on the spot, sekali ketemu langsung closing. Ingat, asuransi adalah investasi jangka panjang. Mereka berhak berdiskusi terlebih dahulu dengan pasangannya (suami/istri), melihat-lihat kondisi keuangan saat itu apakah memungkinkan untuk langsung bergabung atau tidak. Jangan terlalu memaksa orang, kita sendiri kalo dipaksa-paksa orang lain juga tidak suka kan? Perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan.


Waktu kami blusukan di pasar, ada juga yang nanya ke saya (kebetulan si Ibu ini juga agen di perusahaan asuransi B********A sekaligus pemilik toko di pasar). Saat kami lagi ngobrol2, si Ibu ini bertanya, "Mba kenapa nyari market nya kesini?". Saya jawab saja, kalo saya nawarin ke teman-teman saya yang kerja kantoran (sepantaran saya), biasanya alasan mereka tidak mau ambil asuransi karena sudah dicover sama kantor, jadi bagi mereka lebih baik uang gajiannya buat foya-foya daripada buat asuransi. Lah kalo kaya ibu atau bapak yang punya usaha di pasar, mereka kan bekerja mandiri, tidak ada yang memfasilitasi biaya kesehatan, kalo terjadi risiko pasti ditanggung sendiri. Dan bagi saya, ternyata lebih enak loh ngejelasin asuransi ke orang-orang yang belum dikenal seperti ke pedagang, mereka itu mau mendengarkan, walaupun mesti dijelaskan secara perlahan-lahan dengan bahasa yang mudah dipahami ya jadi bukan membodohi mereka. Beda banget sama orang berpendidikan yang sok tau, saking sok tau nya percaya nya cuma sama mbah google, percaya nya cuma sama gosip tanpa mau mencari fakta nya, gampang terpancing issue yang tidak benar. Selain itu, kalo ditolak sama orang yang belum kita kenal rasanya tidak sesakit apabila ditolak oleh teman sendiri☺☺☺☺


Oya, ada cerita juga ni..tapi bukan dari pengalaman kanvasing di pasar ya. Kebetulan dia ini teman adik saya. Dia sudah punya polis Prudential lewat teman dia, sudah jalan 1,5 tahun namun tidak dilanjutkan. Karena ada teman dia yang jadi nasabah saya dan waktu dirawat di Rumah Sakit dibayari oleh Prudential, maka nasabah saya menyarankan temannya untuk menghubungi saya. Akhirnya saya coba minta fotoin ringkasan polisnya, karena kebetulan beliau masih sibuk di kantornya dan tidak memungkinkan saya untuk menemuinya langsung. Setelah saya liat ringkasan polisnya, apa yang terjadi kira2? jeng...jeng...jeng....tepat seperti yang saya duga, banyak sekali kesalahan fatal di polisnya. Mulai dari nama agen yang ternyata bukan nama temannya; porsi proteksi dan investasi yang ternyata dibuatnya full proteksi (tanpa pemberitahuan nasabah terlebih dahulu) yang mana hal inilah yang menyebabkan nilai tunai nol/kalopun ada kecil sekali; lalu premi yang disetujui diawal katakanlah 500rb dibuatnya di ilustrasi 600rb (lagi2 tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dengan nasabahnya)...Parah banget kan. Si nasabah yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan terlalu percaya sama temannya akhirnya ya begini. Polis aja tidak dihantarkan langsung namun dikirim lewat pos, padahal juga masih sama2 di satu daerah. Udah gitu, begitu terima polis juga tidak pernah dibuka sama sekali apa isinya. Baru ketahuan setelah jalan beberapa bulan, dan ternyata nilai tunai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pelajaran yang dapat diambil dari sini yaitu teliti sebelum membeli, buku polis itu untuk dibaca bukan untuk disimpan. Kita berhak cerewet ataupun bawel kalo mau membeli asuransi karena asuransi dibeli untuk masa depan kita bersama. Liat komposisi proteksi dan investasi (saver) yang dibuatkan oleh agen itu berapa? Karena beda agen pasti akan beda racikan. Jangan sampai saver anda nol, karena nantinya anda pasti akan disuruh TOP UP (penambahan dana), kecuali kalo dari awal anda sudah dijelaskan memang mau full proteksi ya.

Cerita ini nyata berdasarkan pengalaman saya, dan bukan fiktif belaka.

Yuk buat teman2 yang mau diskusi mengenai asuransi atau mungkin mau bedah polis (artinya sudah punya polis dan ingin tau manfaatnya sudah sesuai apa belum) boleh hubungi saya.

Dina Adityana
0857-1790-6039 (WA)
dinaadityana@yahoo.co.id